Arti “Ha Na Ca Ra Ka” dalam Bahasa Indonesia dan Jawa
Bahasa Indonesia:
- Ha: Utusan
- Na: Nafas
- Ca: Ciptaan
- Ra: Raga
- Ka: Kawajiban
Arti keseluruhan: Utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasad manusia. Hal ini menunjukkan adanya pencipta (Tuhan), ciptaan (manusia), dan tugas yang diberikan Tuhan kepada manusia.
Bahasa Jawa:
- Ha: Ono utasing Pangeran (Adanya utusan Tuhan)
- Na: Ngrasa (Merasa)
- Ca: Coba (Mencoba)
- Ra: Rukun (Rukun)
- Ka: Karso (Kehendak)
Arti keseluruhan: Manusia diciptakan Tuhan untuk merasa, mencoba, rukun, dan berkehendak untuk menjaga kelestarian hidup manusia dan kelestarian alam (Hamemayu Hayuning Bawono).
Arti “Da Ta Sa Wa La” dalam Bahasa Indonesia dan Jawa
Bahasa Indonesia:
- Da: Datang
- Ta: Tanpa
- Sa: Sesapa
- Wa: Wujud
- La: Lahir
Arti keseluruhan: Manusia datang ke dunia tanpa membawa apa-apa dan akan kembali ke alam tanpa membawa apa-apa.
Bahasa Jawa:
- Da: Dumadi (Terjadi)
- Ta: Tanah (Tanah)
- Sa: Sangkan (Asal)
- Wa: Wujud (Wujud)
- La: Lair (Lahir)
Arti keseluruhan: Manusia berasal dari tanah dan kembali ke tanah.
Arti “Pa Dha Ja Ya Nya” dalam Bahasa Indonesia dan Jawa
Bahasa Indonesia:
- Pa: Paham
- Dha: Dhuwur
- Ja: Jati
- Ya: Yakin
- Nya: Nyawa
Arti keseluruhan: Manusia harus memahami jati dirinya dengan yakin dan sepenuh hati.
Bahasa Jawa:
- Pa: Pati (Mati)
- Dha: Dhadhang (Dada)
- Ja: Jantung
- Ya: Yakin
- Nya: Nyawa
Arti keseluruhan: Ketika manusia mati, hanya keyakinan dan amal perbuatannya yang akan menemaninya.
Catatan:
- Arti “Pa Dha Ja Ya Nya” memiliki beberapa versi dan interpretasi.
- Versi yang dipaparkan di atas adalah salah satu versi yang umum dikenal.
Arti “Ma Ga Ba Tha Nga” dalam Bahasa Indonesia dan Jawa
Bahasa Indonesia:
- Ma: Mati
- Ga: Gawe (Berbuat)
- Ba: Bebaya
- Tha: Tindak
- Nga: Ngrasa (Merasa)
Arti keseluruhan: Manusia harus selalu ingat bahwa ia akan mati dan harus melakukan perbuatan baik selama hidup.
Bahasa Jawa:
- Ma: Manungsa (Manusia)
- Ga: Guna (Guna)
- Ba: Bangsa (Bangsa)
- Tha: Tanah (Tanah)
- Nga: Ngadeg (Berdiri)
Arti keseluruhan: Manusia diciptakan untuk memakmurkan bangsa dan tanah airnya.
Kisah Jawa tentang Hanacaraka: Legenda Aji Saka dan Asal Mula Aksara Jawa
Awal Mula:
Pada zaman dahulu kala, Pulau Jawa masih dikuasai oleh bangsa raksasa yang dipimpin oleh Prabu Dewata Cengkar. Aji Saka, seorang pangeran dari Medang Kamulan, berniat untuk membebaskan rakyat Jawa dari kekejaman para raksasa.
Pertempuran:
Aji Saka menantang Prabu Dewata Cengkar untuk bertarung. Dalam pertempuran sengit, Aji Saka berhasil mengalahkan Prabu Dewata Cengkar dan membebaskan rakyat Jawa.
Penciptaan Aksara:
Setelah pertempuran, Aji Saka ingin menciptakan aksara baru untuk bahasa Jawa. Ia terinspirasi dari suara alam dan bentuk-bentuk di sekitarnya.
Legenda Hanacaraka:
Menurut legenda, Aji Saka menciptakan aksara Jawa dengan cara berikut:
- Ha: Terinspirasi dari suara ayam jantan (“ha-ha-ha”).
- Na: Terinspirasi dari suara sapi yang sedang mengunyah (“na-na-na”).
- Ca: Terinspirasi dari suara orang yang sedang makan (“ca-ca-ca”).
- Ra: Terinspirasi dari suara gong (“ra-ra-ra”).
- Ka: Terinspirasi dari suara kuda yang sedang berlari (“ka-ka-ka”).
Penyebaran Aksara:
Aji Saka mengajarkan aksara Jawa kepada rakyatnya. Aksara ini kemudian dikenal dengan nama “Hanacaraka”. Hanacaraka digunakan untuk menulis berbagai macam naskah kuno Jawa, seperti kitab-kitab suci, cerita rakyat, dan karya sastra.
Makna Hanacaraka:
Selain sebagai aksara, Hanacaraka juga mengandung makna filosofis yang mendalam. Berikut adalah makna dari beberapa suku kata Hanacaraka:
- Ha: “Hana” yang berarti “ada”. Menggambarkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan.
- Na: “Ngrasa” yang berarti “merasa”. Menggambarkan bahwa manusia memiliki perasaan dan hati nurani.
- Ca: “Coba” yang berarti “mencoba”. Menggambarkan bahwa manusia harus berusaha dan bekerja keras dalam hidup.
- Ra: “Rukun” yang berarti “rukun”. Menggambarkan bahwa manusia harus hidup rukun dan damai dengan sesama.
- Ka: “Karso” yang berarti “kehendak”. Menggambarkan bahwa manusia memiliki kehendak bebas untuk menentukan jalan hidupnya.
Kesimpulan:
Hanacaraka merupakan aksara Jawa yang memiliki sejarah panjang dan makna filosofis yang mendalam. Aksara ini diciptakan oleh Aji Saka sebagai upaya untuk membebaskan rakyat Jawa dari kekejaman para raksasa. Hanacaraka kemudian menjadi aksara yang digunakan untuk menulis berbagai macam naskah kuno Jawa dan menjadi bagian penting dari budaya Jawa.